Hanya sebuah catatan pemikiran sederhana

Feat

JUJURLAH SEBELUM SEMUA TERLAMBAT


 JUJURLAH SEBELUM SEMUA TERLAMBAT



 Semua berawal ketika aku masih berumur empat tahun dimana saat itu aku masih duduk dibangku TK kecil, TK berbasis islam di kotaku, disitu awal mulainya aku mendapat ilmu baru, pengalaman baru, teman baru semuanya baru. Orang tuaku khususnya ibu selalu mengharapkan anaknya bisa mencari ilmu dan dengan ilmu itu bisa menjadikan manfaat bagi orang lain. Saat itu aku sudah menetapkan bahwa aku ingin menjadi guru, ya menjadi guru entah apa yang menjadi landasanku memilih itu, ketika guruku bertanya kepadaku apa cita – citamu kelak kalau sudah besar, aku menjawab dengan lantang aku ingin menjadi guru. Ya itulah harapanku disaat kecil. Tidak luput aku juga selalu bilang kepada ibuku klau aku ingin menjadi guru, hampir setiap hari aku berbicara seperti itu. Dan ibu selalu bilang ya jadilah guru biar bisa mengajar anak yang kurang beruntung. Disamping itu ibu selalu berbicara agar aku tidak boleh berbohong apalagi sama orang tua, ketika aku berangkat sekolah aku bersalaman dengan ibu, ibu dengan lirih berbicara kepadaku jangan nakal sama teman, patuhi gurumu, dan jangan suka berbohong. Setiap hari aku mendengar kalimat itu, sehingga ketika aku ingin bertindak menyimpang dari itu aku selalu ingat perkataan ibu. Dan akupun tidak pernah menyimpang dari hal itu sampai aku menginjak di tingkat pendidikan yang lebih tinggi lagi.
           Setelah tamat menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-Kanak, aku melanjutkan disalah satu sekolah dasar negeri di kotaku. Aku mulai mengenal pendidikan dengan banyak materi – materi yang lebih komplek, mulai dari matematika yang waktu TK hanya diajarkan penjumlahan dan pengurangan, saat ini lebih banyak lagi ada perkalian dan pembagian. Banyak sekali ilmu, mulai dari ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, dan sebagainya. Semua seakan sangat komplek dan banyak sekali. Dan saat itu juga pandangan masyarakat ketika mendapat nilai jelek ataupun mendapat peringkat bawah adalah buruk, disaat itulah ujian kejujuran dimulai tapi semua tidak merasakan, akupun juga tidak merasakan bahwa adanya ujian kejujuran, pandanganku telah tertutupi harus mendapat nilai bagus apapun caranya entah itu mencontek ataupun lainnya, aku merasakan awal mencontek ketika kelas 3, aku merasakan betul bahwa yang benar adalah tidak mencontek tapi keadaan lingkungan selalu membutakan pandanganku, sampai ada salah satu temanku mengatakan bahwa semua siswa pasti pernah mencontek dan itu menjadi hal yang lumrah. Akhirnya akupun juga terbiasa sampai kelas 5, mencontek adalah hal yang biasa, aku mencontek ketika aku tidak bisa mengerjakan dan tidak bisa menjawab soal, ketika bisa menjawab aku tidak mencontek atas landasan itu aku memperbolehkan mencontek kalau kepepet dan tidak bisa saja. Ketika menginjak kelas 6 aku sudah jarang sekali mencontek hampir 80% tidak pernah mencontek tapi juga masih ada mencontek sedikit – sedikit, dan yang membuat miris adalah ketika menjelang ujian nasional (UN) dan ujian sekolah (US) ini adalah momen yang aneh tapi nyata. Seharusnya siswa diuji kemampuan akademisnya mulai dari kelas 4 sampai kelas 6 layak atau tidak siswanya untuk diluluskan. Tapi itu hanya sebagai formalitas semata, ketika pelaksanaan ujian siswa yang bisa harus memberikan contekan kepada siswa yang kurang  bisa, itupun yang memberi intruksinya adalah guruku sendiri strategi mencontek agar tidak ketahuan, jadi saat itu sebut saja X salah satu temanku dia salah satu temanku yang termasuk kategori pintar, ketika pukul 9 guruku memberi sinyal kepada X lewat jendela, lalu X ijin meminta izin kepada pengawas untuk pergi ke toilet, di toilet itu X menuliskan jawabannya didinding agar teman – teman yang lain bisa mencontek jawaban X dan bisa mendapat nilai yang bagus semua, langkah – langkah itu sudah di jelaskan oleh guruku jauh – jauh hari. Sebuah fenomena yang sangat menakjubkan, masih kecil sudah diajarkan cara – cara menjadi seorang koruptor, dan aku dulu melakukan itu, tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Akhirnya aku mendapat nilai UN 27,70 pada saat itu nilai segitu bisa masuk SMP manapun sesuka hati, akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan ke SMPN 2, SMP favorit yang ada dikotaku. Kehidupan baru dimulai seperti diawal aku memasuki dunia baru aku selalu terbawa oleh lingkungan seakan lingkungan mengharuskan aku untuk mencontek, pandangan bahwa nilai bagus masih melekat pada fikiranku, seakan nilai adalah dewa yang harus dipatuhi dalam segala hal, padahal ibuku selalu berpesan bahwa kalau sekolah harus jujur kalau tidak bisa ya mengaku tidak bisa, tidak usah mencontek karena mencontek adalah tindakan tidak jujur. Ketika aku dirumah aku paham betul maksud dari kata – kata yang dilontarkan ibu ke aku, tapi ketika masuk gerbang sekolah seolah semua hilang bagaikan debu yang diterpa angina. Sebuah keanehan yang membuatku bingung, ketika kelas 7 sampai kelas 8 prinsipku masih sama bahwa mencontek ketika tidak bisa saja dan kepepet selain itu tidak perlu. Ketika beranjak kelas 9 hampir 95% aku berusaha menghilangkan kebiasaan mencontekku ketika ujian nasional (UN) dan ujian sekolah (US) aku mengerjakan dengan jujur sejujur – jujurnya tidak mencontek sama sekali al hasil aku mendapat nilai UN 34,20 dan itu termasuk nilai yang cukup tinggi pada sekolahku saat itu, ternyata aku bisa mendapat nilai bagus tanpa harus mencontek, akhirnya aku merasa bahwa jujur tidak selamanya akan berada di bawah, nasehat ibu yang diberikan ketika aku akan melaksanakan ujian atau ulangan membuat aku harus jujur.
Akhirnya aku bisa 95% tanpa mencontek meskipun masih belum 100%. Masa SMA adalah masa yang sangat – sangat menyedihkan penuh dengan beban fikiran bagiku, karena mata pelajarannya tidak semudah waktu SD dan SMP, SMA lebih komplek dan lebih sulit untuk tidak mencontek adalah hal yang sangat mustahil, tapi aku berusaha melawan kemustahilan itu ketika semester 1 aku masih bisa mendapat peringkat 10 besar sampai semester 4 aku selalu mendapat peringkat 10 besar. Ketika berakhirnya semester 5 itu adalah momen pertama kali keluar dari peringkat 10 besar aku mendapat peringkat 12 capaian yang sangat buruk, tapi aku merasa bangga dari pada mendapat peringkat 10 besar tapi dengan hasil yang tidak jujur apalah artinya, tidak ada kebanggaannya sama sekali. Dan akhirnya gara – gara nilai raportku turun aku tidak bisa mendapat PTN melalui jalur SNMPTN (jalur undangan), tapi aku tidak menyesal dan aku sudah memprediksi akan seperti ini, dan akhirnya bermodal dengan kejujuranku aku mencoba belajar dan belajar aku mencoba ikut melalui jalur SBMPTN dan ternyata aku diterima disalah satu PTN yang aku pilih, ternyata jujur tidak ada ruginya. Karena dengan jujur kebijaksanaan seseorang akan terangkat, ternyata tanaman – tanaman yang selalu diberikan oleh ibu untuk jujur lebih kuat dari pada pengaruh lingkungan. Aku yakin dengan sepenuh hati mulai dari nasihat ibu dan kakakku tidak akan melakukan hal mencontek lagi, karena berapapun nilainya itu adalah hasil karyaku sendiri, dan lebih baik mengakui bahwa aku tidak bisa dari pada mengakui bisa tapi tidak bisa. Sebuah perjalan hidupku dalam mencari sebuah kejujuran halangan lingkungan membuat aku merasa curang adalah hal biasa, padahal itu merupakan hal yang luar biasa. Sejak kecil bibit untuk menjadi seorang pembohong sudah ditanamkan pada diriku ketika aku tidak dikondisikan dengan nasihat yang diberikan ibu dan kakaku apa jadinya diriku ketika aku menduduki sebagai orang penting, sebuah bencana akan menerpa bagi orang - orang yang ada disekitarku aku tidak akan bisa menjadi manusia seutuhnya yang memberi manfaat bagi orang lain. Aku merasa bersalah selama ini kenapa nasihat mereka berdua tidak aku lakukan dari dulu, mengapa aku selalu takut dengan dunia ini, padahal seharusnya aku adalah yang mengelola dunia bukan dunia yang mengelola aku. Mulailah saatnya untuk jujur karena kejujuran adalah modal utama dalam menjalani hidup ini, meskipun banyak yang berpersepsi jujur bakal ajur (hancur). tapi tidak selamanya jujur akan hancur melainkan berbohong akan lebih hancur, dimata manusia ataupun dimata Tuhan. Banyak orang yang memiliki banyak ilmu tapi menyusahkan orang lain, padahal sebenarnya orang itu tidak memiliki ilmu. Karena hakikat ilmu adalah untuk memberikan manfaat bagi alam semesta beserta isinya. Jika banyak orang - orang yang tidak jujur itu adalah salah satu contoh betapa bodohnya orang itu, ketika sudah diberi otak tapi tidak dipergunakan dengan semestinya. Dari pengalamanku yang telah aku jalani selama ini ternyata menjalani hidup dengan kejujuran memberi kemajuan yang pesat terhadap diriku, mulai dari saat aku tidak bisa memahami salah satu materi pelajaran dan aku tidak mau mencontek, akhirnya aku berupaya untuk bisa dengan motivasi ketika tidak bisa maka aku akan hancur, sehingga aku akan terus terpacu untuk bisa, agar tidak tertinggal oleh teman - teman yang tidak jujur. Seandainya semua memiliki pemahaman jujur yang melekat kuat pada setiap insan pasti kemajuan bangsa ini akan lebih pesat, karena semua termotivasi untuk bisa melakukan dan tidak menutupi apabila tidak bisa melakukan. Jujur untuk Indonesia lebih maju.

Tag : Diary
0 Komentar untuk "JUJURLAH SEBELUM SEMUA TERLAMBAT"

Back To Top